MODEL-MODEL SDLC & Penjelasan MODEL SPIRAL
Macam-Macam Model SDLC
Sebelum kita membahas macam-macam
model SDLC (System Delevelopment Life
Cycle) saya akan menjelaskan sedikit tentang SDLC. SDLC menurut saya adalah
suatu proses pengembangan perangkat lunak secara keseluruhan yang dimulai dari:
planning, identifikasi, analisis, perancangan, implementasi, pengujian,
deployment, pemeliharaan.
A. Model-Model Proses Siklus Rekayasa
Perangkat Lunak (SDLC)
Model proses disebut juga dengan aliran kerja (workflow), yakni tata cara bagaimana elemen-elemen proses berhubungan satu dengan lainnya. Aliran kerja ini dapat juga disebut dengan siklus hidup (life-cycle) sistem yang dimulai dari sejak sistem diajukan untuk dibangun hingga saat ia ditarik dari peredaran.
Fungsi utama model proses SDLC:
Model proses disebut juga dengan aliran kerja (workflow), yakni tata cara bagaimana elemen-elemen proses berhubungan satu dengan lainnya. Aliran kerja ini dapat juga disebut dengan siklus hidup (life-cycle) sistem yang dimulai dari sejak sistem diajukan untuk dibangun hingga saat ia ditarik dari peredaran.
Fungsi utama model proses SDLC:
- menentukan tahap-tahap yang diperlukan untuk pengembangan perangkat lunak.
- menentukan urutan pelaksanaan dari tahap-tahap tersebut dalam rangka pengembangan perangkat lunak.
- menentukan kriteria transisi/perpindahan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Model-Model Proses SDLC:
- Waterfall
- Model V
- Model Prototyping
- Model Spiral
- Model Incremental
- Model RAD (Rapid Application Development)
- Model CBSE (Component Based Software Engineering)
- Model RUP (Rational Unified Process)
MODEL SPIRAL
Model ini ditemukan sekitar tahun 1988 oleh Barry Boehm. Spiral
model adalah salah satu bentuk
evolusi yang menggunakan metode iterasi
natural yang dimiliki oleh model prototyping dan digabungkan dengan
aspek sistematis yang dikembangkan dengan model waterfall.
Model ini juga mengkombinasikan top-down design dengan bottom-up design, dimana top-down design menetapkan sistem global terlebih dahulu, baru diteruskan dengan detail sistemnya, sedangkan bottom-up design berlaku sebaliknya. Top-down design biasanya diaplikasikan pada model waterfall dengan sequential-nya, sedangkan bottom-up design biasanya diaplikasikan pada model prototyping dengan feedback yang diperoleh.
Dari 2 kombinasi tersebut, yaitu kombinasi antara desain dan prototyping, serta top-down dan bottom-up, yang juga diaplikasikan pada model waterfall dan prototype, maka spiral model ini dapat dikatakan sebagai model proses hasil kombinasi dari kedua model tersebut. Oleh karena itu, model ini biasanya dipakai untuk pembuatan software dengan skala besar dan kompleks.
Spiral model dibagi menjadi beberapa framework aktivitas. Berikut adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam spiral model:
Berikut adalah gambar dari spiral model secara umum :
Tidak seperti model-model konvesional dimana setelah SE selesai, maka
model tersebut juga dianggap selesai. Akan tetapi hal ini tidak berlaku
untuk spiral model, dimana model ini dapat digunakan kembali sepanjang
umur dari software tersebut. Pada umumnya, spiral model digunakan untuk
beberapa project seperti Concept Development Project (proyek
pengembangan konsep), New Product Development Project (proyek
pengembangan produk baru), Product Enhancement Project (proyek
peningkatan produk), dan Product Maintenance Project (proyek
pemeliharaan proyek). Keempat project tersebut berjalan berurutan
mengitari sirkuit dari spiral. Sebagai contoh setelah suatu konsep
dikembangkan dengan melalui aktivitas-aktivitas dari spiral model, maka
dilanjutkan dengan proyek selanjutnya yaitu pengembangan produk baru,
peningkatan produk, sampai pemeliharaan proyek. Semuanya melalui
sirkuit-sirkuit dari spiral model.
Kelebihan Spiral
Kelemahan Spiral
© Model-Model Proses Siklus Rekayasa Perangkat Lunak (SDLC) - Modul Makalah
Daftar Pustaka: http://modulmakalah.blogspot.co.id/2016/04/model-model-proses-siklus-rekayasa.html
Model ini juga mengkombinasikan top-down design dengan bottom-up design, dimana top-down design menetapkan sistem global terlebih dahulu, baru diteruskan dengan detail sistemnya, sedangkan bottom-up design berlaku sebaliknya. Top-down design biasanya diaplikasikan pada model waterfall dengan sequential-nya, sedangkan bottom-up design biasanya diaplikasikan pada model prototyping dengan feedback yang diperoleh.
Dari 2 kombinasi tersebut, yaitu kombinasi antara desain dan prototyping, serta top-down dan bottom-up, yang juga diaplikasikan pada model waterfall dan prototype, maka spiral model ini dapat dikatakan sebagai model proses hasil kombinasi dari kedua model tersebut. Oleh karena itu, model ini biasanya dipakai untuk pembuatan software dengan skala besar dan kompleks.
Spiral model dibagi menjadi beberapa framework aktivitas. Berikut adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam spiral model:
- Customer communication. Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang efektif antara developer dengan user / customer terutama mengenai kebutuhan dari customer.
- Planning. Aktivitas perencanaan ini dibutuhkan untuk menentukan sumberdaya, perkiraan waktu pengerjaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan software.
- Risk Analysis. Aktivitas analisis resiko ini dijalankan untuk menganalisis baik resiko secara teknikal maupun secara manajerial. Tahap inilah yang mungkin tidak ada pada model proses yang juga menggunakan metode iterasi, tetapi hanya dilakukan pada spiral model.
- Engineering. Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun 1 atau lebih representasi dari aplikasi secara teknikal.
- Construction & Release. Aktivitas yang dibutuhkan untuk develop software, testing, instalasi dan penyediaan user / costumer support seperti training penggunaan software serta dokumentasi seperti buku manual penggunaan software.
- Customer evaluation. Aktivitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan feedback dari user / customer berdasarkan evaluasi mereka selama representasi software pada tahap engineering maupun pada implementasi selama instalasi software pada tahap construction and release.
Berikut adalah gambar dari spiral model secara umum :
Kelebihan Spiral
- Pengguna dan developer bisa memahami dengan baik software yang dibangun karena progress dapat diamati dengan baik.
Model ini sangat baik digunakan untuk pengembangan sistem software dengan skala besar. Karena progress perkembangan dari SE dapat dipantau oleh kedua belah pihak baik developer maupun user / customer, sehingga mereka dapat mengerti dengan baik mengenai software ini begitu juga dengan resiko yang mungkin didapat pada setiap aktivitas yang dilakukan. - Estimasi menjadi lebih realistik seiring berjalannya proyek karena masalah ditemukan sesegera mungkin.
Kelebihan model ini ada pada analisis resiko yang dilakukan, sehingga resiko tersebut dapat direduksi sebelum menjadi suatu masalah besar yang dapat menghambat SE. - Lebih mampu menangani perubahan yang sering terjadi pada software development.
Dengan menggunakan prototype juga bisa menghindari terjadinya resiko yang muncul, tetapi kelebihan dari model ini yaitu dilakukannya proses prototyping untuk setiap tahap dari evolusi produk secara kontinu. Model ini melakukan tahap2 yang sudah sangat baik didefinisikan pada model waterfall dan ditambah dengan iterasi yang menyebabkan model ini lebih realistis untuk merefleksikan dunia nyata. - Software engineers bisa bekerja lebih cepat pada proyek.
Kelemahan Spiral
- Membutuhkan waktu yang lama dan dana yang besar.
- Membutuhkan planning jangka panjang yang baik agar program bisa selesai dengan baik.
© Model-Model Proses Siklus Rekayasa Perangkat Lunak (SDLC) - Modul Makalah
Daftar Pustaka: http://modulmakalah.blogspot.co.id/2016/04/model-model-proses-siklus-rekayasa.html
Komentar
Posting Komentar